Selasa, 20 Juni 2017

Tentang "This War of Mine"

Perang adalah neraka. Kita sering mendengar cerita-cerita sejarah tentang betapa ganasnya peperangan. Namun, apakah kita betul-betul merasakan langsung keganasan itu?

Sebuah video game berjudul This War of Mine karya 11 Bit Studios dapat memberikan gambaran tentang bagaimana derita orang-orang ketika perang. This War of Mine sama sekali tidak seperti game perang pada umumnya yang menempatkan kita sebagai prajurit yang dengan riang menembaki pasukan lawan. Dalam game kita ini justru berperan sebagai warga sipil yang terjebak di tengah medan perang. Dengan segala cara, kita harus mampu bertahan hidup dalam neraka perang tersebut.

Atas keberhasilannya menyampaikan atmosfer emosional otentik mengenai kengerian perang dari sudut pandang warga sipil biasa, This War of Mine berbagai penghargaan. Salah satunya, ia meraih posisi ketiga dalam jajaran 15 video game terbaik tahun 2014 versi majalah TIME.

Game orisinalnya dapat dibeli di Steam dengan harga terjangkau, apalagi saat diskon.

Jika berkenan, Anda juga bisa mendaftar di Babel Project - This War of Mine, sebuah proyek inisiatif komunitas untuk menerjemahkan This War of Mine ke berbagai bahasa di seluruh dunia. Siapa tahu? Mungkin suatu saat game fenomenal ini dapat dinikmati dalam Bahasa Indonesia, dan itu adalah berkat bantuan Anda.

Puisi: Purnama Atas Mentari

Mentari merajai siang terang
Purnama melindungi malam kelam

Terik mentari membakar semangat orang bekerja
Teduh purnama melipur lelah orang menutup harinya

Purnama tak berarti tanpa mentari
Sebab ia meminjam pantul sinarnya

Namun bila mentari terus bersinar terik
Malam teduh takkan ada

Minggu, 18 Juni 2017

Puisi: Garis Mati

Akankah engkau biarkan
Sebuah garis mati
Mendefinisikan engkau?

Akankah engkau biarkan
Sebuah garis mati
Menjadikan terpisah
Semua yang satu?

Akankah garis mati
Membelah jiwa manusia
Memisahkan mereka
Dari realita semestanya?

Sabtu, 17 Juni 2017

Tulisan Terkejar Waktu

Idealnya, sebuah tulisan diberikan waktu yang panjang untuk diselesaikan. Dalam waktu panjang itu, ide yang ada dapat dituliskan berulang kali (disunting) agar dapat menjadi tulisan yang baik mendekati sempurna.

Kenyataannya, tidak sedikit situasi di mana seseorang harus bisa menyelesaikan tulisannya secepat mungkin. Tidak banyak waktu yang bisa digunakan untuk menyempurnakan tulisan tersebut. Bila sudah terkejar waktu demikian, yang ada hanyalah pikiran segeralah selesai.

Namun tidak mengapa. Bukankah tulisan biasa yang selesai lebih bernilai ketimbang tulisan sempurna yang tak pernah selesai?

Netral Terhadap Kemenangan dan Kekalahan

Hidup ini seperti roda. Kadang di atas, kadang di bawah. Kemenangan dan kekalahan datang silih berganti, sama halnya kebaikan dan keburukan maupun keberuntungan dan kesialan.

Hati orang pun juga berputar. Mereka gembira ketika mendapat kemenangan, namun bersedih ketika mendapat kekalahan. Kadang respon perasaan itu pun tak proporsional. Orang yang gembira karena menang kadang menjadi jumawa, merasa bahwa kemenangan itu akan berlangsung terus menerus. Orang yang sedih karena kalah pun kadang menjadi merana, seolah kekalahan itu akan berlangsung tiada akhir.

Padahal semua itu sementara.

Kadang ada sementara yang rentangnya sekejap saja, seperti pengendara motor yang kurang konsentrasi sebentar kemudian langsung terjatuh dari motornya. Namun ada pula sementara yang rentangnya cukup panjang, seperti perusahaan persewaan film Blockbuster yang telah merajai bidangnya selama bertahun-tahun sebelum akhirnya bangkrut karena ditelan perkembangan teknologi internet yang sangat memudahkan akses terhadap film.

Hakikatnya sama saja. Sebentar ataupun lama, itu tetap sementara.

Sehingga, tak perlulah kita gembira berlebihan bila mendapat kemenangan. Pun tak perlu kita sedih berlebihan bila mendapat kekalahan. Sebab semua itu hanya sementara.

Yang abadi hanyalah Allah.

Kamis, 15 Juni 2017

Puisi: Malam Putih

Mentari terbenam ke timur
Mulailah malam tiba
Yang tak lagi kelam

Malam kini berwarna putih
Dihias gemintang yang menyedot sinar
Dan siang berwarna gelap
Dinaungi mentari yang tetap menyala

Wahai manusia
Saat kau hilang daya pikirmu
Saat realita berada di luar genggammu
Mana lagi yang bisa engkau percaya?

Selasa, 13 Juni 2017

Keriuhan Digital

Era digital membuat semuanya jadi serba riuh. Kita sibuk memandang media sosial, mengurus urusan orang lain yang seringkali tidak relevan dengan urusan kita sendiri.

Semua menjadi riuh, karena tsunami informasi yang tiap hari menghunjam kepala. Energi pikiran lekas terkuras untuk menyaring kesemua informasi itu, menyisakan sedikit sekali untuk kehidupan diri sendiri.

Manusia menjadi terkoneksi dengan  dunia, namun terputus dengan jiwanya masing-masing.